Tamiang Layang – Tiga titik panas mulai muncul di kecamatan Pematang Karau Kabupaten Barito Timur (Bartim) Provinsi Kalimantan Tengah, terpantau oleh satelit NOAA20 dan SNPP PAD Jumat, 23 Juli 2021.
Namun hingga Sabtu, 24 Juli 2021, titik panas yang muncul tersebut belum terverifikasi sebagai titik api alias kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD Damkar) Bartim telah berkoordinasi dengan Polsek dan Koramil setempat untuk memastikan sumber titik panas itu.
Kepala Pelaksana BPBD Damkar Bartim, Ir. Riza Rahmadi menyampaikan “Kami berharap titik panas itu bukan titik api, tapi kami tetap mengimbau masyarakat agar berhati-hati serta turut mengantisipasi terjadinya Karhutla”, ucapnya di Desa Bambulung.
BPBD Damkar bersama TNI Polri telah mempersiapkan penanganan Karhutla, meski demikian dia tetap berharap tidak terjadi bencana Karhutla di Bartim mengingat saat ini sumber daya difokuskan untuk penanganan pandemi Covid-19.
Riza berhara etap ada hujan selama musim kemarau ini untuk mengurangi resiko kebakaran.
“Sesuai data dari BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya, musim kemarau di Barito Timur umumnya dimulai pada dasarian kedua atau 10 hari ke dua pada bulan Juni 2021”, ungkapnya.
Puncak kemarau di Kecamatan Benua Lima, Dusun Timur bagian barat, Paju Epat, Dusun Tengah, Karusen Janang, Paku, Pematang Karau, Raren Batuah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan Kecamatan Awang, Dusun Timur bagian timur dan Kecamatan Patangkep Tutui puncak kemarau terjadi pada bulan September.
Kepala Stasiun Meteorologi Sanggu Kabupaten Barito Selatan, Nur Setiawan mengungkapkan pada musim kemarau tahun ini terjadi fenomena La Nina yang lemah dibanding tahun sebelumnya dengan indeks netral.
La Nina adalah kondisi penyimpangan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya. Hal itu diikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya berupa peningkatan angin pasat timuran yang lebih kuat dari normal.
“Kondisi ini menyebabkan masih terjadi curah hujan selama musim kemarau akibat atmosfer yang lebih lembab”, pungkasnya. . (Ahmad Fahrizali).