Polman-Sulawesi Selatan,-Setelah kembali dari polman, Kurniawan Taswin Daeng Rewa langsung menyikapi perbedaan suasana pemilihan kepala desa yang ada di polman dan Jum’at 19/11/2021
Kurniawan Taswin yang akrab di sapa Daeng Rewa ternayta membawa misi tertentu. Yaitu ingin merasakan bagaimana rasanya berada di sekitaran masyarakat Polman, terkhusus pada saat-saat kendekati hari pemilihan kepala desa Pussui,Adapun hasil daripada pengembaraannya yaitu sebagai berikut.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, dialah yang senangtiasa memberikan kita nikmat kesehatan dan kewarasan. Salam dan taslim tak lupa kita curahkan pada Baginda Rasulullah Saw, dialah Nabi yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderan seperti sekarang ini, dialah Nabi dam Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT sebagai Rahmatan Lil-Alamin bagi bumi beserta isinya.
Tepat pukul 01:00 saya dan teman saya erick berangkat dari makassar menuju polman. Sebenarnya kepergian kami ke polaman itu sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Bicara soal polman, saya memang belum pernah menginjakan kaki di tanah Polewali Mandar walaupun telinga ini sudah sering mendengar kata Polman, polman, dan polman. Bukan karna jaraknya yang sedikit menguras waktu dan tenaga, karena memang saya tidak pernah punya urusan di Polman.
Singkat cerita, setelah menempu perjalanan kurang lebih 8 jam kami sampai di polman, diimana perjalanan itu kami lalui dengan kecepatan yang biasa-biasa saja karena ingin sedikit menikmati perjalanan yang memang baru pertama kalinya saya lewati selama kelahiranku. Dusun Pariangang, Desa Pussui Kec. Luyo Kab. Polewali mandar, Prov. Sul-Bar adalah tujuan kami.
Desa yang terletak di pinggiran kota Polman yang di kelilingi oleh pegunungan indah dan menyejukkan, situasi lingkungannya tentu berbeda dengan lingkungan saya di Jeneponto karena letak geografisnya yang berbeda. Selain kesejukan desa ini juga dilengkapi oleh pemimpin yang baik nang penuh wibawa.
Penampilannya yang sederhana serta prinsip hidup yang penuh dengan keteguhan makin menjadikan desa ini semakin keren dibanding desa-desa yang pernah saya datangi sebelumnya. Arifin, nama lengkap dari kepala desa Pissui. Om Arifin (sapaan akrab dari saya) mengatakan bahwa “Perasaan kita ke orang lain adalah gambaran besar perasaan orang lain kepada kita, hati setiap manusia itu sama, terbuat dari segumpal darah, hanya saja karakter yang mempengaruhi setiap hati manusia mengapa ada perasaan yang bertolak belakang dengan perasaan orang lain, Karna memang karkter setiap manusia itu berbeda tergantung bagaimana dia merawat karakternya”, perlu di ketahui pula Om Arifin, kepala desa pussui adalah ayah kandung dari Erick, teman yang saya temani ke polman.
Tentunya kalau kita menilai sesuatu tidak dengan melihat pada satu sudut pandang saja, maka dari itu setelah saya melihat dan menyebutkan salah satu kelebihan dari desa ini, saya juga harus bicara sisi lain dari desa pussui.
Selain rawan akan terjadinya longsor, desa ini juga susah di akses oleh jaringan baik itu jaringan ATM maupun jaringan telekomunikasi. Masyarakat sangat kesulitan jika ingin mengakses dan menggunanakan media sosial, namun perlu kita garis bawahi bahwa resiko wilayah yang di kelilingi oleh pegunungan sudah jelas akan susah dengan jaringan. Hany itu yang bisa saya simpulkan jika bicara kekurangan dari desa ini
Bicara soal masyarakatmya, sebagian besar masyarakat desa pussui itu berprofesi sebagai seorang petani, masyarakat desa pussui juga tidak mau terlalu banyak berbicara tentang politik. Sebenarnya desa pussui bulan ini juga akan menyelenggarakan pemilihan kepala desa, tepatnya 18-Nov-2021. Namun berbeda dengan desa-desa lain yang ada di jeneponto. Dimana kebanyakan masyarakat desa itu terlibat langsung dengan politik (Politik Praktis) yang menyebabkan banyak terjadi konflik internal, konflik yang seharusnya tidak terjadi, padahal seharusnya Pilkades bukan ajang untuk saling menjatuhkan, menfitnah dan berkelahi.
Perbe