SURABAYA – Dinamika sosial di masyarakat terus berkembang. Perkembangan teknologi juga ikut mengubah pola interaksi sosial. Dunia yang kita kenal dulu, kini sudah jauh berbeda. Baik dari segi budaya maupun cara berkomunikasi.

Perkembangan media sosial juga membuat semua orang bebas berargumentasi. Mulai juga muncul budaha bullying di dunia online. Polisi juga tak lepas menjadi korban online bullying. {adahal, citra positif Polri juga tetap harus dijaga, karena terkait terhadap kepercayaan masyarakat (public trust).

Penggunaan media sosial oleh polisi juga sudah jamak dilakukan. Salah satu success story yang viral hingga ke luar negeri adalah yang dilakukan Boston Police Department (BPD). Dalam kasus bom Boston Marathon yang terjadi pada 15 April 2013, BPD sukses mengendalikann warga yang panik dengan media sosial, terutama Twitter.

Peran media massa sudah tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memiliki kekuatan jaringan, daya jangkau, dan kepercayaan dari komunitas pembaca yang besar. Kekuatan tersebut membuat mereka “leluasa” untuk membentuk opini publik. Dalam menghadapi berbagai opini dalam sebuah kasus, kepolisian memang masih lemah dalam membangun citranya di media. Meskipun berpartner dengan media massa sejak lama, namun kepolisian dalam sebuah kasus masih menjadi pihak yang disudutkan.

Hal ini salah satunya, karena selama ini hubungan kepolisian dengan media cenderung “transaksional”. Tidak pernah ada ikatan khusus yang dibangun lama dan konsisten. Kepolisian hanya membutuhkan media saat membutuhkan pemberitaan. Begitu juga sebaliknya, media hanya membutuhkan kepolisian saat butuh berita.Akibatnya, upaya kepolisian untuk menghadapi opini yang menyudutkan (counter public opinion) bersifat reaksioner, sementara, instan, dan tidak memiliki efek berkelanjutan.

Relasi yang “tidak sehat” tersebut harus diubah. Pendekatan terhadap media tak bisa dilakukan secara terus menerus seperti itu. Harus ada perubahan yang spesifik. Karena itu, muncul sepintas ide dan inovasi Kabid Humas Polda Jawa Timur serta pakar SEO & IT Polda Jawa Timur M. Khoirul Amin S.H., S. Kom., M. Kom yang memberikan prioritas besar terhadap media sosial.

Namun, paradigma yang sama dalam relasi dengan media massa tak bisa dipertahankan. Harus ada sudut pandang yang berbeda.

Counter opinion di media sosial tidak bisa dilakukan secara reaktif dan temporer. Tapi dilakukan dengan paradigma membangun dan merawat komunitas di dunia maya secara konsisten dan berkelanjutan. Tujuannya, menjalin komunikasi yang produktif dan positif demi menjaga citra kepolisian di masyarakat. Bidang Humas Polda Jawa Timur sudah menganalisis kekuatan masing – masing media sosial dan memilih yang paling cocok untuk menjaga citra kepolisian di dunia maya.

Setelah paradigma terhadap pembangunan opini berubah, Bidang Humas Polda Jatim yang dipimpin oleh Kombes. Pol. R.P Argo Yuwono yang juga memiliki pakar SEO & IT bernama M. Khoirul Amin S.H., S.Kom., M. Kom membuat sebuah skema. Skema tersebut terdiri dari website sebagai arus utama 
(mainstream) sedangkan elemen – elemen di luar website berfungsi untuk merawat komunitas pro Polri dan mengarahkan mereka pada website tersebut. 

Skema pengelolaan media sosial bagi Polri yang menggunakan sebuah Social Media Intellegence yang bernama IMM (Intellegence Media Management) berguna untuk berinteraksi dengan masyarakat 
(costumer care), memantau perkembangan informasi (trend discovery), evaluasi layanan polisi kepada masyarakat (marketing and sales evaluation), pergerakan informasi untuk counter opini 
(coverage and benchmark analysis), dan melakukan pendekatan kepada masyarakat atau tokoh masyarakat dalam suatu isu tertentu 
(prospecting).

Tak berhenti sampai di sini,…

By admin

Tinggalkan Balasan