Aceh Timur – Aktivis HAM Aceh, yang juga Kordinator Front Anti Kejahatan Sosial (FAKSI) Aceh, Ronny Hariyanto, mendesak pemerintah pusat untuk meningkatkan perhatiannya pada nasib korban konflik Aceh di masa lalu, terutama soal keadilan dan kesejahteraan, yang kini terkesan sangat terabaikan, bahkan terlupakan.

” Kami mendesak pemerintah untuk memastikan seluruh korban konflik Aceh mendapatkan keadilan dan kesejahteraan sebagaimana mestinya,” kata Ronny, saptu 4 Desember 2021.

Dia mengungkapkan, nasib korban konflik Aceh saat ini masih jauh panggang dari api, tanpa kejelasan, dan perlu evaluasi serta perhatian luar biasa dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, agar semua kegelisahan akibat luka masa lalu dapat sedikit teratasi dan tidak lagi menjadi polemik berkepanjangan di Aceh.

” Faktanya, kegelisahan soal penyelesaian masalah Aceh, utamanya soal penanganan nasib korban konflik yang tidak jelas arahnya, sampai sekarang ini masih terus menjadi polemik yang terus menggelinding bagai efek bola salju yang tak terkendali, menurut kami, semua itu akarnya adalah soal keadilan dan kesejahteraan,” ungkap salah seorang aktivis HAM asal Aceh Timur tersebut.

Ronny berharap pendekatan kultural keacehan mesti terus dilakukan dengan basis keadilan dan kesejahteraan yang nyata.

” Pemerintah harus serius menghadirkan keadilan dan kesejahteraan itu, jangan hanya menghembuskan angin sorga, karena dua faktor itu merupakan solusi terbaik untuk segala bentuk kegelisahan yang kian merebak, atau pemerintah akan terus menggenggam bara api di sepanjang masa,” sebut Ketua Forum Pers Independent Indonesia (FPII) Provinsi Aceh tersebut.

Dia mengingatkan, polemik yang masih terus berkembang di Aceh saat ini, merupakan dampak dari kesenjangan sosial yang juga didasari oleh maraknya korupsi dan penyimpangan prilaku elit – elit Aceh, yang dipertontonkan secara terbuka, bahkan diperuncing lagi dengan praktek – praktek kotor para elit yang cendrung memperkaya diri dan mengutamakan kepentingan pribadi serta kelompoknya selama ini.

” Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, terutama yang berkuasa dan korup, telah menjadi penyebab baru konflik sosial di Aceh pada masa pasca damai, artinya korupsi dan praktek memperkaya diri dan kelompok elit di Aceh, mesti serius diberangus secara total sampai ke akar – akarnya, jika tidak, itu bisa menjadi sebab baru konflik sosial yang lebih besar dan tragis di Aceh di masa yang akan datang,” tegas putera Idi Rayeuk berdarah Aceh Minang itu.

Menurutnya, masalah terbesar di Aceh yang mesti mendapatkan perhatian khusus dan serius saat ini adalah meluasnya kemiskinan, pengangguran, dan segala bentuk praktek kotor KKN oleh para elit yang sama sekali tidak bermoral.

” Kemiskinan dan korupsi, itu jelas masalah utama di Aceh saat ini yang mesti segera diatasi secara efektif dan efisien, utamanya oleh penegak hukum, jangan lagi dijadikan barang mainan, apalagi jadi komoditas dan sandiwara politik pihak tertentu yang sibuk mengeruk keuntungan dan menimbun – nimbun harta dari Aceh, karena saat ini, jelas – jelas dari sanalah sumber semua kekecewaan seluruh rakyat Aceh berakar,” tegas pengkritik cadas yang dikenal sangat fokus pada isu kemiskinan, pengangguran, demokrasi dan hak asasi manusia itu.

Ronny terus berharap, pemerintah benar – benar lebih serius lagi menyelesaikan masalah Aceh, dan mewujudkan masa depan Aceh yang gemilang di masa mendatang, tanpa sandiwara dan bualan yang memabukan.

” Sejarah menyatakan, kontribusi Aceh sangatlah besar dan tak ternilai di masa silam, kita berharap pemerintah tidak segan – segan berbuat yang terbaik untuk Aceh, luka dan penderitaan rakyat Aceh selama ini mesti segera dipulihkan, atau itu bisa menjadi masalah besar yang baru dan tak terkendali di masa depan,” pungkas alumni Universitas Ekasakti itu menutup keterangannya.(Zainal)

By admin

Tinggalkan Balasan