SURABAYA – Telah ramai di beritakan media online maupun elektronik, lereng Semeru berduka untuk kesekian kalinya. Namun bukan erupsi, melainkan awan panas guguran (APG).
Dikutip dari detikcom, BPBD Jatim telah meluruskan istilah erupsi Gunung Semeru. BPBD Jatim menyebut yang terjadi di Gunung Semeru ialah awan panas guguran (APG), bukan erupsi.
“Jadi untuk meluruskan saja, agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Bahwa yang terjadi di Gunung Semeru ialah awan panas guguran,” ujar Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nurseno, Sabtu (4/12/2021).
Satriyo menjelaskan awan panas guguran adalah kejadian saat aliran suspensi dari material gunung berupa batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu massa gas vulkanik panas yang keluar dari gunung api.
“Material itu mengalir turun mengikuti lerengnya dengan kecepatan bisa lebih dari 100 km per jam. Aliran turbulen tersebut dari jauh tampak seperti awan bergulung-gulung menuruni lereng gunung api dan bila terjadi malam hari terlihat membara,” ujar Satriyo.
“Awan panas biasanya tidak segemuruh longsoran biasa karena tingginya tekanan gas pada material menyebabkan benturan antar-batu atau material di dalam awan panas tidak terjadi, dengan kata lain benturan teredam oleh gas,” sambungnya.
Sementara itu, lanjut Satriyo, erupsi adalah peristiwa keluarnya magma di permukaan bumi, bisa dalam bentuk yang berbeda-beda untuk setiap gunung api.
“Erupsi bisa efusif, yaitu lava keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan atau eksplosif, yaitu magma keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan. Dalam erupsi yang eksplosif, terbentuk endapan piroklastik, sedang dalam erupsi efusif terbentuk aliran lava. Secara garis besar ada tiga tipe erupsi, yaitu Hawaiian, Strombolian, dan Vulkanian,” tandas Satriyo.
Sebelumnya diketahui, Gunung Semeru di Lumajang terjadi peningkatan aktivitas pada Sabtu (4/12) pukul 15.00 WIB. Warga sekitar Gunung Semeru berlarian panik berusaha menghindari gumpalan awan.
Editor : Bagus
Sumber : detikcom